Setan Pun Hafal al-Qur'an dan Pandai Meruqyah



oleh ;  Musdar Bustamam Tambusa

Judul status diatas adalah judul buku baru yg ditulis oleh Ust. Dr. Saiful Islam Mubarak (Direktur Ma'had al-Qur'an dan Dirasat Islamiyah /MAQDIS) Bandung. Buku ini sangat menarik bagi saya dan saya melihat buku ini semacam buku kritikan terhadap fenomena ruqyah yg ada sekarang. Dulu, tahun 2004, beliau juga menulis buku "Kiai Meruqyah, Jin Berakting" penerbit Syamil. Isinya juga kritikan dan meluruskan hal-hal yg dianggap menyimpang....
Setan yg dimaksud dlm judul buku itu, dijelaskan pd bagian pertama buku tersebut dan dapat ditangkap pd kesimpulan beliau diakhir tulisannya. Dari kesimpulan beliau, saya berkesimpulan pula :
- Orang yg hafal al-Qur'an tdk otomatis paham al-Qur'an. Org yang hafal dan mengerti pun tdk lepas dr rayuan dan gangguan setan (jin). Sehingga org yg hafal al-Qur'an, bisa jadi setan jika melakukan hal-hal yg tdk terpuji (maksiat). Namanya setan dlm bentuk manusia.
- Peruqyah yg memvonis org kena gangguan jin dan sihir dan tdk melakukan upaya pencerahan, di sebut setan juga. Ust. Saiful mencontohkan, seorg hafizhah yg telah diruqyah dan divonis ada jin-nya menjadi murung dan melupakan banyak hafalannya. Jika sang peruqyah tdk memberi pencerahan, maka peruqyah-nya juga setan !!!
Pada tulisan beliau dipenghujung buku, beliau mengapresiasi praktik ruqyah yg ada di tengah masyarakat dan menyayangkan sepinya dukungan ormas Islam terhadap ruqyah yg syar'i tersebut. Menurut beliau hanya ada dua lembaga yg benar-benar memberi perhatian terhadap dakwah lewat ruqyah syar'iyyah, yaitu Persis melalui Dewan Hisbah-nya dan PKS melalui Dewan Syari'ah-nya sehingga mengeluarkan semacam fatwa ttg ruqyah...
============
Ibarat kata pepatah "Tak ada gading, yang tidak retak". Menurut saya, buku ini juga perlu dikaji secara mendalam terkait kasus-kasus yg dialami sang penulis yg memberi kesan bahwa tindakan medis selalu di kedepankan sebagai solusi, padahal bisa saja dgn penangan terapi ruqyah pasien dapat sembuh. Saya yakin bahwa niat sang penulis baik agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pengkultusan sbgmana ditulisnya pd halaman 115-116. Tapi - menurut saya - tdk semua kasus bisa diperlakukan sama sbgmana kisah yg beliau sebutkan. Justru, disaat itulah kesempatan seorang peruqyah menyampaikan dakwah dan pencerahan.
Jadi, pengalaman tidak bisa dijadikan sebagai aturan baku yg harus ditularkan kpd pembaca sehingga terjadi kerancuan berpikir. Termasuk teknik-teknik meruqyah yg tdk ada hubungannya dgn ruqyah - menurut saya - merupakan pengalaman pribadi yg belum tentu dapat dijadikan teknik utk mengatasi kasus yg lain.
Pengalaman pribadi penulis dalam buku ini, sarat pelajaran tapi bukan berarti harus dijadikan standard sikap seorang peruqyah. Misalnya, ada seseorg meminta sang penulis meruqyah adiknya yg sdg sakit sembari memanggil-manggil nama sang ustadz, lalu ustadz menolak karna takut dikultuskan. Akhirnya, sang ustadz menganjurkan ke dokter agar ditangani secara medis. Pada prinsipnya, saya setuju dgn sikap sang penulis yg menolak meruqyah pasien tsb. Tapi dilapangan kasusnya bisa jadi berbeda sehingga saya harus memenuhi panggilan itu dan disana saya akan menjelaskan hukum2 terkait masalah yg dihadapi. Atau saya menganjurkan mereka kpd peruqyah yg saya kenal praktiknya sesuai syar'i.
Banyak hal yg harus didiskusikan setelah membaca buku ini tanpa menghilangkan ke-tsiqoh-an terhadap ust. Syaiful Islam Mubarak sebagai ulama muda yg produktif dan proaktif dlm masalah dakwah.
============
Ala kulli hal, buku ini sangat bagus dan saya anjurkan para peruqyah membaca buku ini. Gak sampai satu jam, anda sudah menamatkannya krn tidak membosankan. Cuma 154 halaman saja....Tipis tapi "tebal" ilmunya !
Buku ini diterbitkan pd April 2013 oleh Khazanah Intelektual, Buah Batu-Bandung. Malam tadi saya beli di Gramedia Jl. Gajah Mada, Medan.

Comments

Popular posts from this blog

TINGGALKAN SEGALA TRADISI YANG SYIRIK.

PENGALAMAN BERSETUBUH DENGAN JIN

REAKSI MUNTAH DARAH SAAT DIRUQYAH